Romantika Hidup
Selalu terngiang-ngiang ditelinga yang dikatakan Prof. Achmad Sanusi bahwa “kompleksitas dalam kehidupan ini seperti spiral dinamik yang terus maju tanpa henti”. Sehingga orang yang berpikir akan selalu termotivasi dengan rasa ingin tahu „curiousity‟ terhadap perkembangan yang terjadi, baik melalu kelurganya, teman dekat, media elektronik, virtual seperti saat ini sedang marak orang bermain facebook.
Berbagai informasi yang melintas dalam alam pikirannya akan digiring dan dinterpretasikan dengan kebiasaan masing-msing. Ada yang menggunakan cara tradisional, dengan agama yang dianutnya, dengan insting, dengan perasaan, dengan propabilita atau melalui scientific inquary yang menurut Prof. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan”Suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistimatis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data”(2008 :6)
Namun karena berjuta informasi setiap detik melintas dalam alam pikiran dan penglihatan yang ditayangkan berbagai media. Sulit untuk dielaborasi bila tidak menggunakan pola pencarian yang tepat. Sebab setiap metode dan cara yang dipilih pasti mengandung resiko, sedangkan sifat dan karakter manusia pada umumnya selalu menghindar dari resiko. Padahal resiko itu merupakan romantika kehidupan yang harus siap dihadapi. Seperti layaknya orang yang aktif dalam gerakan pramuka pasti mengenal bahwa yang namanya aral lintang itu mesti di hadapi dan tidak bisa dihindari. Sebab bila lepas dari rintangan yang satu pasti akan menemukan rintangan berikutnya yang lebih berat.
Pemikir barat yang bernama Kaplan disaat ada krisis di Amerika Serikat menawarkan konsep balanced scorecard. Yaitu dalam mencapai visi, misi, strategi, program dan kegiatan harus dilakukan melalui empat perspektif. Dari perspektif dana, dari sumber daya, dari pelanggan dan dari pertumbuhan dan perkembangan. Teori ini dianggap paling moderat karena memandang sesuatu tidak dari satu sisi. Kini teori ini banyak diadopsi dalam berbagai bentuk pemecahan persoalan pemerintahan dan pendidikan.
Tanpa disadari bahwa konsep Ummul qur’an ”mengingat kelengkapannya. Dia melengkapi seluruh masksud dari Al-qur‟an, yaitu : memuji Allah, meng‟ibadati-Nya dan Wa‟ad-Wa‟idNya. Di antara nama yang termsyhur pula:As-Sab‟ul Matsani. Hal ini adalah karena surat yang mulia ini diulang-ulangi membacanya dalam sembahyang. Dan dinamai azas, karena surat ini sendi dan surat tunggal bagi Al-Qur‟an dan permulaan Suratnya” (Prof. TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam tafsir Al Bayaan, 1966: 175)
Sadarilah bahwa surat Al-Fatihah, selalu dibaca disaat berdoa, mendoakan, disaat menengong yang sakit, disaat bersyukur dan berbagai persoalan hidup dan kehidupan ini selalu membaca surat Al-Fatihah. Namun karena kurangnya orang yang mampu dan mau mengurai makna yang terkandung di dalam isinya untuk mencari solusi romantika kehidupan ini seolah-oleh hanya mampu dipecahkan oleh metoda ilmiah yang ditemukan
orang barat seperti halnya konsep balanced corecard dipergunakan mengatasi masalah krisis.
Kalaulah dalam konsep balanced scorecard yang menjadi draiving forcenya itu visi,misi,strategi,program dan kegiatan. Dalam Al-Fatihah yang menjadi kekuatan inti adalah ”Dengan menyebut Nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Kemudian dalam konsep balanced scorecard kemampuan SDM jadi tolok ukur. Sedang kan dalam Al-Fatihah bahwa Kemampuan manusia untuk memuji dan kemampuan untuk beribadah serta kemampuan untuk meminta semata-mata ditujukan kepada Allah SWT yang menjadi titik sentral keyakinan. Di dalam konsep balanced scorecard bahwa yang harus diutamakan adalah pelanggan atau caustomer. Sedangkan di dalam konsep Al-Fatihah bahwa yang harus diutamakan adalah otoritas Allah yang akan menghakimi dihari pembalasan. Didalam konsep balanced scorecard bahwa yang menjadi daya dukung adalah dana. Sedangkan dalam konsep Al-Fatihah adalah Alam semesta dengan segala isinya serta jalan yang lurus. Di dalam konsep balancer scorecard bahwa yang menjadi dinamis adalah pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan dalam konsep Al-Fatihah bahwa orang-orang yang diberi rakhmat dan jangan sampai jadi orang tersesat seperti umat sebelumnya.
Pemikiran penulis bukan berarti membuat komparasi pemikiran manusia dengan Al-Qur‟an, tapi mengingatkan bahwa konsep pemikiran dari manusia itu harus berlandaskan pada Al-qur‟an. Jadi jangan dibalik-balik keyakinannya. Bahwa konsep pemikiran seorang Kaplan seolah suatu teori yang ampuh untuk menangani masalah krisis, ekonomi, kepercayaan, krisis pendidikan, krisis pemerintahan. Sedangkan konsep qur‟an dilupakan. Dengan alasan tidak mampu mengelaborasi apa yang terulis dan tersirat dalam setiap surat. Padahal semua yakin bahwa Al-Qur‟an harus jadi Hudan/Petunjuk kepada para muttaqiin. Termasuk dalam menangani kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme, Teroris dan Narkoba. Coba Qur‟an dijadi rujukan untuk menangani setiap persoalan kehidupan ini. Insya Allah tidak akan menyelesaikan masalah dengan masalah.
Ingat hukum yang dibuat manusia, pemikiran dan teori manusia itu tentatif dan pasti debatebel. Silahkan kaji oleh para pembaca bahwa hukum yang dibuat oleh manusia tentang pemberantasan KKN malah menjerat para pelaku dan orang yang merasa dirinya suci dan superbodi. Contoh lain, para penyuluh Narkoba malah yang pernah kecanduan dan ODA dijadikan nara sumber. Saat ini orang lebih merasa aman bila sudah memenuhi ketentuan formal yang dibuat sesama manusia dibandingkan dengan Hukum Allah yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‟an. Untuk itu sebelum terlanjur mari kembali pada sumber aslinya bahwa Qur‟an harus dijadikan petunjuk. Dan yakini bahwa Islam itu rahmatan lil alamin.
Untuk menyelesaikan semua persoalan di Indonesia yang multi etnik, multi agama, multi budaya dengan berbagai strata kehidupannya sangat cocok bila kembali pada ajaran Al-Qur‟an sebagai pegangan umat Islam yang membawa rahmat bagi alam semesta dan seluruh isinya. Jadi dalam memaknai Islam jangan diputar balik. Islam tidak mengajarkan umatnya jadi Teroris, Islam tidak mengajarkan umatnya jadi KKN, Islam tidak mengajarkan umatnya jadi pecandu Narkoba.
Jangan mengedapankan pemikiran dangkal untuk memandang umat Islam. Jangan dikerdilkan perjuangan umat Islam untuk menjadi kholifah fil ardi. Contoh bagaimana pengorbanan umat Islam Indonesia demi persatuan dan kesatuannya sanggup merubah piagam jakarta mejadi Pembukaan UUD 1945. Bukankah itu merupakan rahmat bagi seluruh umat beragama di Indonesia, bukankah itu merupakan pengorbanan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Yakinilah bahwa qur‟an harus jadi ruh dalam setiap pengambilan keputusan.
Apabila dalam setiap pengambilan keputusan hanya mengandalkan pemikiran dan teori manusia yang merupakan suatu prosedur pencarian dan pelaporan dengan sistimatika tertentu. Maka tidak akan ketemu resep yang holistik dan koheren. Tapi bila menggunakan Qur‟an Isnya Allah seluruh romantika kehidupan sudah diatur di dalamnya. Yang penting harus mampu dan tepat mengambil rujukan ayat. Kapan harus tegas, kapan harus toleran. Al hamdulillah saat ini masih banyak orang yang hafidz al-qur‟an dan banyak ahli tafsir al-qur‟an. Tinggal bagaimana mengkolaborarikan antara pemikiran cendekiawan muslim yang mampu melakukan scientific inquiry dan disciplined inquiry dengan ahli salafi.
Kalau menyimak tulisan Prof. Nana Syaodih Sukmadinata bahwa karekteristik penelitian pendidikan itu harus memiliki objektivitas, ketepatan/precision, verifikasi, penjelasan ringkas, empiris, penalaran logis, kesimpulan kondisional. Maka langkah-langkah penelitiaannya harus interaktif antara peneliti dengan logika, masalah, desain dan interpretasi. Dari mulai mendefinisikan masalah. Merumuskan dan membatasi masalah. Melakukan studi kepustakaan. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Menentukan desain dan metode penelitian. Menyusun instrumen dan mengumpulkan data. Menganalisis data dan menyajikan hasil. Menginterpreasikan temuan. Membuat kesimpuan dan rekomendasi.
Sedangkan ”Al-Qur‟an mempunyai macam kemu‟jizatan, baik dari kefasihannya di segenap tempat. Keindahan nadhomnya dan susunannya tidaklah lebih kurang walaupun pembicaraannya berlainan, baik yang diterangkan itu merupakan kisah, merupakan pengajaran, merupakan hikmah, merupakan janji baik dan janji buruk maupun merupakan akhlak yang mulia” (Prof. TM. Masbi Ash Shiddieqy : 1966:67). Makna qur‟an terhindar dari pertentangan.
Lain halnya dengan penelitian ilmiah yang dirumuskan dalam metode penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif memiliki asumsi, karakter dan prosedur yang berbeda. Baik yang berhubungan dengan asumsi tentang realita, tujuan penelitian, metode dan proses penelitian, kajian khas, peranan peneliti, pentingnya konteks dalam penelitian, jenis-jenis penelitan berdasakan fungsinya. Penelitan dasar, penelitian terapan, penelitian evaluatif. Semakin jelaslah bahwa pencarian ilmiah itu berdasarkan tujuan apakah penelitian deskriptif, prediktif, improftif atau eksplanatif.
Yakinilah bila mencari tahu tentang sesuatu pengetahuan atau ilmu berdasarkan konsep Al-qur‟an tidak akan pernah tersesat terutama dalam mencari solusi pemecahan masalah
romantika kehidupan yang fana ini. Walaupun disadari untuk menemukan keyakinan seperti itu tidaklah semudah membalik telapan tangan, karena banyak syetannya
Selalu terngiang-ngiang ditelinga yang dikatakan Prof. Achmad Sanusi bahwa “kompleksitas dalam kehidupan ini seperti spiral dinamik yang terus maju tanpa henti”. Sehingga orang yang berpikir akan selalu termotivasi dengan rasa ingin tahu „curiousity‟ terhadap perkembangan yang terjadi, baik melalu kelurganya, teman dekat, media elektronik, virtual seperti saat ini sedang marak orang bermain facebook.
Berbagai informasi yang melintas dalam alam pikirannya akan digiring dan dinterpretasikan dengan kebiasaan masing-msing. Ada yang menggunakan cara tradisional, dengan agama yang dianutnya, dengan insting, dengan perasaan, dengan propabilita atau melalui scientific inquary yang menurut Prof. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan”Suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistimatis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data”(2008 :6)
Namun karena berjuta informasi setiap detik melintas dalam alam pikiran dan penglihatan yang ditayangkan berbagai media. Sulit untuk dielaborasi bila tidak menggunakan pola pencarian yang tepat. Sebab setiap metode dan cara yang dipilih pasti mengandung resiko, sedangkan sifat dan karakter manusia pada umumnya selalu menghindar dari resiko. Padahal resiko itu merupakan romantika kehidupan yang harus siap dihadapi. Seperti layaknya orang yang aktif dalam gerakan pramuka pasti mengenal bahwa yang namanya aral lintang itu mesti di hadapi dan tidak bisa dihindari. Sebab bila lepas dari rintangan yang satu pasti akan menemukan rintangan berikutnya yang lebih berat.
Pemikir barat yang bernama Kaplan disaat ada krisis di Amerika Serikat menawarkan konsep balanced scorecard. Yaitu dalam mencapai visi, misi, strategi, program dan kegiatan harus dilakukan melalui empat perspektif. Dari perspektif dana, dari sumber daya, dari pelanggan dan dari pertumbuhan dan perkembangan. Teori ini dianggap paling moderat karena memandang sesuatu tidak dari satu sisi. Kini teori ini banyak diadopsi dalam berbagai bentuk pemecahan persoalan pemerintahan dan pendidikan.
Tanpa disadari bahwa konsep Ummul qur’an ”mengingat kelengkapannya. Dia melengkapi seluruh masksud dari Al-qur‟an, yaitu : memuji Allah, meng‟ibadati-Nya dan Wa‟ad-Wa‟idNya. Di antara nama yang termsyhur pula:As-Sab‟ul Matsani. Hal ini adalah karena surat yang mulia ini diulang-ulangi membacanya dalam sembahyang. Dan dinamai azas, karena surat ini sendi dan surat tunggal bagi Al-Qur‟an dan permulaan Suratnya” (Prof. TM. Hasbi Ash Shiddieqy dalam tafsir Al Bayaan, 1966: 175)
Sadarilah bahwa surat Al-Fatihah, selalu dibaca disaat berdoa, mendoakan, disaat menengong yang sakit, disaat bersyukur dan berbagai persoalan hidup dan kehidupan ini selalu membaca surat Al-Fatihah. Namun karena kurangnya orang yang mampu dan mau mengurai makna yang terkandung di dalam isinya untuk mencari solusi romantika kehidupan ini seolah-oleh hanya mampu dipecahkan oleh metoda ilmiah yang ditemukan
orang barat seperti halnya konsep balanced corecard dipergunakan mengatasi masalah krisis.
Kalaulah dalam konsep balanced scorecard yang menjadi draiving forcenya itu visi,misi,strategi,program dan kegiatan. Dalam Al-Fatihah yang menjadi kekuatan inti adalah ”Dengan menyebut Nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Kemudian dalam konsep balanced scorecard kemampuan SDM jadi tolok ukur. Sedang kan dalam Al-Fatihah bahwa Kemampuan manusia untuk memuji dan kemampuan untuk beribadah serta kemampuan untuk meminta semata-mata ditujukan kepada Allah SWT yang menjadi titik sentral keyakinan. Di dalam konsep balanced scorecard bahwa yang harus diutamakan adalah pelanggan atau caustomer. Sedangkan di dalam konsep Al-Fatihah bahwa yang harus diutamakan adalah otoritas Allah yang akan menghakimi dihari pembalasan. Didalam konsep balanced scorecard bahwa yang menjadi daya dukung adalah dana. Sedangkan dalam konsep Al-Fatihah adalah Alam semesta dengan segala isinya serta jalan yang lurus. Di dalam konsep balancer scorecard bahwa yang menjadi dinamis adalah pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan dalam konsep Al-Fatihah bahwa orang-orang yang diberi rakhmat dan jangan sampai jadi orang tersesat seperti umat sebelumnya.
Pemikiran penulis bukan berarti membuat komparasi pemikiran manusia dengan Al-Qur‟an, tapi mengingatkan bahwa konsep pemikiran dari manusia itu harus berlandaskan pada Al-qur‟an. Jadi jangan dibalik-balik keyakinannya. Bahwa konsep pemikiran seorang Kaplan seolah suatu teori yang ampuh untuk menangani masalah krisis, ekonomi, kepercayaan, krisis pendidikan, krisis pemerintahan. Sedangkan konsep qur‟an dilupakan. Dengan alasan tidak mampu mengelaborasi apa yang terulis dan tersirat dalam setiap surat. Padahal semua yakin bahwa Al-Qur‟an harus jadi Hudan/Petunjuk kepada para muttaqiin. Termasuk dalam menangani kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme, Teroris dan Narkoba. Coba Qur‟an dijadi rujukan untuk menangani setiap persoalan kehidupan ini. Insya Allah tidak akan menyelesaikan masalah dengan masalah.
Ingat hukum yang dibuat manusia, pemikiran dan teori manusia itu tentatif dan pasti debatebel. Silahkan kaji oleh para pembaca bahwa hukum yang dibuat oleh manusia tentang pemberantasan KKN malah menjerat para pelaku dan orang yang merasa dirinya suci dan superbodi. Contoh lain, para penyuluh Narkoba malah yang pernah kecanduan dan ODA dijadikan nara sumber. Saat ini orang lebih merasa aman bila sudah memenuhi ketentuan formal yang dibuat sesama manusia dibandingkan dengan Hukum Allah yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‟an. Untuk itu sebelum terlanjur mari kembali pada sumber aslinya bahwa Qur‟an harus dijadikan petunjuk. Dan yakini bahwa Islam itu rahmatan lil alamin.
Untuk menyelesaikan semua persoalan di Indonesia yang multi etnik, multi agama, multi budaya dengan berbagai strata kehidupannya sangat cocok bila kembali pada ajaran Al-Qur‟an sebagai pegangan umat Islam yang membawa rahmat bagi alam semesta dan seluruh isinya. Jadi dalam memaknai Islam jangan diputar balik. Islam tidak mengajarkan umatnya jadi Teroris, Islam tidak mengajarkan umatnya jadi KKN, Islam tidak mengajarkan umatnya jadi pecandu Narkoba.
Jangan mengedapankan pemikiran dangkal untuk memandang umat Islam. Jangan dikerdilkan perjuangan umat Islam untuk menjadi kholifah fil ardi. Contoh bagaimana pengorbanan umat Islam Indonesia demi persatuan dan kesatuannya sanggup merubah piagam jakarta mejadi Pembukaan UUD 1945. Bukankah itu merupakan rahmat bagi seluruh umat beragama di Indonesia, bukankah itu merupakan pengorbanan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Yakinilah bahwa qur‟an harus jadi ruh dalam setiap pengambilan keputusan.
Apabila dalam setiap pengambilan keputusan hanya mengandalkan pemikiran dan teori manusia yang merupakan suatu prosedur pencarian dan pelaporan dengan sistimatika tertentu. Maka tidak akan ketemu resep yang holistik dan koheren. Tapi bila menggunakan Qur‟an Isnya Allah seluruh romantika kehidupan sudah diatur di dalamnya. Yang penting harus mampu dan tepat mengambil rujukan ayat. Kapan harus tegas, kapan harus toleran. Al hamdulillah saat ini masih banyak orang yang hafidz al-qur‟an dan banyak ahli tafsir al-qur‟an. Tinggal bagaimana mengkolaborarikan antara pemikiran cendekiawan muslim yang mampu melakukan scientific inquiry dan disciplined inquiry dengan ahli salafi.
Kalau menyimak tulisan Prof. Nana Syaodih Sukmadinata bahwa karekteristik penelitian pendidikan itu harus memiliki objektivitas, ketepatan/precision, verifikasi, penjelasan ringkas, empiris, penalaran logis, kesimpulan kondisional. Maka langkah-langkah penelitiaannya harus interaktif antara peneliti dengan logika, masalah, desain dan interpretasi. Dari mulai mendefinisikan masalah. Merumuskan dan membatasi masalah. Melakukan studi kepustakaan. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Menentukan desain dan metode penelitian. Menyusun instrumen dan mengumpulkan data. Menganalisis data dan menyajikan hasil. Menginterpreasikan temuan. Membuat kesimpuan dan rekomendasi.
Sedangkan ”Al-Qur‟an mempunyai macam kemu‟jizatan, baik dari kefasihannya di segenap tempat. Keindahan nadhomnya dan susunannya tidaklah lebih kurang walaupun pembicaraannya berlainan, baik yang diterangkan itu merupakan kisah, merupakan pengajaran, merupakan hikmah, merupakan janji baik dan janji buruk maupun merupakan akhlak yang mulia” (Prof. TM. Masbi Ash Shiddieqy : 1966:67). Makna qur‟an terhindar dari pertentangan.
Lain halnya dengan penelitian ilmiah yang dirumuskan dalam metode penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif memiliki asumsi, karakter dan prosedur yang berbeda. Baik yang berhubungan dengan asumsi tentang realita, tujuan penelitian, metode dan proses penelitian, kajian khas, peranan peneliti, pentingnya konteks dalam penelitian, jenis-jenis penelitan berdasakan fungsinya. Penelitan dasar, penelitian terapan, penelitian evaluatif. Semakin jelaslah bahwa pencarian ilmiah itu berdasarkan tujuan apakah penelitian deskriptif, prediktif, improftif atau eksplanatif.
Yakinilah bila mencari tahu tentang sesuatu pengetahuan atau ilmu berdasarkan konsep Al-qur‟an tidak akan pernah tersesat terutama dalam mencari solusi pemecahan masalah
romantika kehidupan yang fana ini. Walaupun disadari untuk menemukan keyakinan seperti itu tidaklah semudah membalik telapan tangan, karena banyak syetannya
Komentar
Posting Komentar